Simalungun, Radar24Jam
Seorang pelanggan listrik PT PLN (persero) unit Tanah Jawa, kabupaten Simalungun mengeluh karena tagihan pembayaran listrik yang menetap sementara pemakaian listrik dirumahnya sudah semakin minim. Merasa terjadi kesalahan, pelanggan tersebut pun menuangkan keluhannya kepada awak media Radar24Jam.Com Selasa (08/10/2024).
Kepada awak media B. Sinaga warga Balimbingan selaku pelanggan PT PLN Persero menjelaskan kronologi keluhan tagihan listrik selama masa bersama istrinya dia tidak keberatan membayar tagihan sekitar 500ribu, namun semenjak istrinya meninggal di bulan Juli 2024, dia merasa janggal dengan pembayaran tagihan listrik yang menetap sampai pemakaian listrik dibulan September, sementara pemakaian listrik sudah semakin minim.
"Dimasa hidup istri saya, saya tidak pernah merasa keberatan akan pembayaran tagihan listrik berkisar 450 sampai 500ribuan karena AC dirumah kami selalu hidup. Namun semenjak istri saya sudah meninggal di tanggal 10 Juli 2024, AC dirumah kami pun dah jarang hidup dan penggunaan listrik lainnya pun sudah semakin minim. Tapi tagihan listrik bulan Agustus dan September masih sama berkisar di 500ribuan" terang B. Sinaga.
"Kok bisa sama pembayaran sampai bulan September? sementara pemakaian listrik sudah semakin minim. Jadi dimana tugas pencatat meteran kok bisa tetap sama? Tanya B. Sinaga dengan penuh kecewa. Jadi saya sebagai konsumen PT PLN Persero berhak merasa keberatan. Tandasnya.
Guna menindaklanjuti keluh kesah pelanggan tersebut, kru media bersama B. Sinaga langsung menyambangi kantor PLN Persero Unit Layanan Pelanggan Tanah Jawa di nagori Tanjung Pasir, kecamatan Tanah Jawa, kabupaten Simalungun. Untuk mendapatkan penjelasan perihal tersebut.
Awalnya kita ijin kepada ibu sekuriti yang jaga untuk bertemu dengan kepala PLN Persero Unit Tanah Jawa untuk mendapatkan keterangan perihal tersebut. Namun ibu sekuriti melarang kita langsung berhadapan dengan kepala PLN Unit Tanah Jawa dan kita dihadapkan dengan Rajaya yang bertugas saat itu.
"Gini ajalah, mana resi pembayaran nya biar saya antarkan kedalam, kalau mau konfirmasi sama petugasnya dulu jangan langsung ke atasan, nanti saya kena marah" Pinta ibu sekuriti. Kemudian kita diantarkan masuk kedalam berhadapan dengan Rajaya yang sedang bertugas.
Namun saat bertemu diruangan kantor dengan Rajaya, pelanggan PLN dan kru media tidak mendapatkan keterangan perihal masalah tersebut. Dengan arogan Rajaya selaku pegawai dikantor unit layanan pelanggan Tanah Jawa berkata "saya bukan kepalanya, saya tidak bisa jawab, ya sudah sudahlah" sembari beranjak masuk keruangan sebelah bahkan dengan tidak sopan mengusir pelanggan PLN dari kantor tersebut dengan berkata "pergi... Pergi..."
Kemudian B. Sinaga meminta nomor HP kepala PLN Unit pelayanan pelanggan Tanah Jawa kepada petugas lain, namun tidak memberikan dengan alasan yang sama "tidak ada". (DeLTa)
0 Komentar